Minggu, 23 Februari 2014
Senin, 17 Februari 2014
FERMENTASI URINE SAPI UNTUK PUPUK ORGANIK
FERMENTASI URINE SAPI UNTUK PUPUK ORGANIK
Back to nature….. menghadapi musim tanam tahun ini petani dihadapkan dg kelangkaan dan mahalnya pupuk industri . Hal ini menyebabkan hasil produksi pertanian cenderung menurun.
Untuk itulah kita semua harus berusaha dan mencari inovasi baru untuk mengurangi biaya produksi dan tentunya meningkatan mutu dan hasil pertanian. Salah satunya penggunan urine sapi (air kencing sapi) sebagai pupuk organik cair.
Sebelum digunakan sebagai pupuk pertanian urine sapi ini sebaiknya di fermentasi terlebih dahulu. Uji coba yg saya lakukan pada fermentasi urine sapi adalah:
BAHAN:
1Urine sapi 10 liter
2 Gula merah 0,5 kg atau tetes tebu 0,5 liter
3 Empon-empon(Kunci,Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, ) masing- masing 0,25 kg
4 Air rendaman kedelai 0,5 gelas atau ZA 0,5 sendok makan
5 Lebih bagus ditambahkan bakteri dekomposer (EM4, Simba, Mbio dll)
6 Air 2 liter
CARA PEMBUATAN:
1 Tampung urine sapi dalam bak penampungan,lalu masukan ke dalam jerigen
2 Empon-empon dihaluskan dan direbus sampai mendidih
3 Setelah dingin campur dengan semua bahan yang lain
4 Ditutup rapat dalam jerigen dan didiamkan selama 21 hari
5 Beri lubang kecil untuk membuang gas yang dihasilkan
CARA PENGGUNAAN:
- Gunakan urine tersebut dengan kadar 1 : 10 (1 liter urine:10 liter air)
- Untuk seedtreatmen benih/biji direndam selama semalam
- Untuk bibit perendaman selama maksimal 10 menit
- Untuk pupuk cair yang diaplikasi lewat daun gunakan 1 liter urine per tangki
- Zat perangsang pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit
- Sebagai Pupuk daun organik bisa membuka daun yang keriting akibat serangan hama
KEUNTUNGAN:
- Mengurangi Ketergantungan Pupuk Industri
- Menjaga kesuburan tanah
-Memperkecil biaya produksi
KERUGIAN:
- Proses pertumbuhan tanaman lebih lambat
- Kurang maksimal utk jenis tanaman keras
Selamat mecoba, Semoga bermanfaat
Minggu, 09 Februari 2014
Budidaya Sayuran
Budidaya Sayuran
Beberapa jenis tanaman dapat ditanam dalam sistem vertikultur, pot dan bedengan, diantaranya bayam, kangkung, sawi, selada, kenikir, kemangi, kucai, seledri, cabai, tomat, terong, pare, kacang panjang, timun, oyong, dll. Namun demikianuntuk budidaya vertikultural menggunakan wadah talang, bambu atau paralon yang dipasang secara horizontal, kurang cocok untuk sayuran jenis buah seperti cabai, terong, tomat, buncis tegak, pare, dll. Hal tersebut disebabkan dangkalnya wadah pertanaman sehingga tidak cukup kuat menahan tumbuh tegak tanaman. Sayuran buah cocok untuk ditanaman dalam pot, polybag atau paralon dan bambu yang ditegakkan sehingga dapat menampung media tanam dalam jumlah cukup banyak.
1. Penyiapan Wadah tanaman
@.Vertikultur dari Paralon
Potong paralon sepanjang kurang lebih 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah.
1. Lakukan penutupan pada dasar paralon menggunakan tutup paralon sesuai ukuran paralon yang digunakan.
2. Buat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan bor, pahat atau pisau. Lubang dibuat secara selang seling pada keempat sisi bambu/paralon. Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam,pada dua sisi lainnya masing-masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm dan berjarang 30 cm.
3. Selanjutnya paralon di letakan berdiri atau ditanam dengan memasukkan 20 cm bagian bawah kedalam tanah
Gambar . Contoh Budidaya Vertikultur Paralon
β.Vertikultur dari Talang Sistem Rak
Langkah-langkah pembuatan unit vertikultur sistem rak adalah sebagai berikut :
1. Buat serangkaian rak dengan tinggi kira-kira 1 m, lebar 1 m, panjang sesuai kebutuhan,
2. Atur empat rangkaian rak secara berundak, dengan jarak antara undakan adalah kira-kira 30 cm, dan lebar masig-masing rak adalah 25-30 cm,
3. Potong talang air dengan ukuran sesuai rangka rak yang dibuat, lalu masing-masing ujung talang ditutup menggunakan penutup talang lalu dilekatkan menggunakan lem secara permanen,
3. Lubangi dasar talang dengan bor atau pisau, diameter lubang kurang lebih 1 cm dan jarak antar lubang berkisar 15-20 cm,
4. Isi talang menggunakan media tanam yang telah disiapkan, dan lakukan penyusunan pada rak.
Gambar . Vertikultur Rak dari Talang Plastik
δ.Wadah polybag
Jenis pot yang digunakan dapat berupa pot plastic, ember, kaleng, pot gerabah, polybag, dll. Pada prinsipnya wadah atau pot tersebut dapat menampung media tanam dalam jumlah yang cukup. Untuk tanaman sayuran daun, volume media tanam yang digunakan minimal seberat 1 kg, sedangkan untuk sayuran buah berkisar 3-20 kg. Apabila belum ada lubang, maka lakukan pelubangan pada dasar pot dalam jumlah yang cukup banyak guna mengatur kelebihan air penyiraman.
Gambar . Contoh Penanaman dalam Polybag
2. Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan merupakan campuran tanah, pupuk kandang atau komps dan sekam bakar yang telah dihilangkan bongkahannya atau disaring menggunakan saringan kawat berdiameter 0,5-1 cm. Perbandingan media tanam yang umum digunakan adalah 1 bagian tanah, 1 bagian pupuk kandang atau pupuk kompos, dan 1 bagian sekam bakar. Namun demikian, formula tersebut bukan merupakan formula baku, yang penting bahan organik dan sekam yang ditambahkan cukup banyak sehingga cukup subur dan rongga.
Pembibitan
Wadah pembibitan dapat berupa tray khusus pembibitan atau dapat juga wadah lain seperti baki plastik, pot plastik, kotak dari kayu, kantong plastik, polybag, dll.
Media pembibitan yang digunakan sama seperti di atas namun perlu lebih halus dengan menghindari bongkahan atau kerikil dengan cara disaring menggunakan saringan kawat berdiameter lubang 2-5 mm.
Pembibitan umumnya dilakukan untuk benih-benih yang berukuran kecil dan berharga relative mahal seperti sawi, selada, cabai, tomat, dll (kecuali bayam karena bayam umumnya ditanam langsung). Sementara itu, benih berukuran besar umumnya ditanam langsung dalam wadah pertanaman..
Langkah-langkah penanaman bibit atau benih :
1. Buat lubang kecil pada media tanam di dalam tray dengan kedalaman 0,5-1 cm dengan menggunakan lidi atau kayu kecil. Untuk benih yang dibibitkan dalam wadah pembibitan yang lebar dilakukan dengan cara menebar secara merata benih pada permukaan media tanam atau membuat lubang tanam dengan jarak kurang lebih 1 cm.
2. Masukkan benih ke dalam lubang tanam dan ditutup tipis menggunakan kompos atau pupuk kandang halus. Lalu benih ditutup menggunakan pupuk kandang atau kompos halus dengan ketebalan 0,5-1 cm.
3. Tebarkan furadan (apabila diperlukan) di permukaan media pembibitan sesuai aturan yang ada di kemasannya. Hal ini tersebut dilakukan untuk menghindari serangan hama berupa semut atau ulat tanah.
4. Lakukan penyiraman dengan hati-hati hingga media pembibitan basah secara merata. Penyiraman dilakukan 2-3 hari sekali pada saat benih baru ditanam atau bibit kecil, pada saat bibit tumbuh agak besar, lakukan penyiraman sekali sehari.
5. Letakkan wadah pembibitan pada tempat yang terlindung dari deraan hujan secara langsung namun terena sinar matahari cukup, misalnya di bawah sungkup atau rumah plastik.
6. Setelah bibit memiliki daun sempurna 2 lembar, lakukan pemindahan bibit pada wadah pembibitan tunggal, misalnya polybag berdiameter 10 cm atau pot kecil bekas kemasan aqua gelas. Lakukan pemeliharaan seperti biasa higga siap pindah tanam.
Penanaman
Penanaman di dalam rak vertikultur atau pot dilakukan setelah bibit memiliki daun sempurna 3-5 helai. Langkah-langkah penanaman adalah :
1.Pilih bibit yang sehat, tidak cacat, dan seragam
2.Buat lubang tanam seukuran wadah bibit. Pada system vertikultur rak berjenjang, jarak tanam berkisar 10-15 cm. Pada system per pot, jumlah tanaman yang ditanam sebanyak 1 tanaman per pot pada pot berukuran 3-10 kg, sedangkan untuk pot berukuran lebih besar jumlah tanaman berkisar 2-3 tanaman, khususnya untuk sayuran buah merambat seperti pare, timun, oyong, dan tanaman sejenis lainnya.
3.keluarkan bibit secara hati-hati dengan cara menggunting wadah atau membalikkan wadah sedemikian rupa sehingga media dan perakaran bibit tidak terganggu.
4.masukkan bibit ke dalam lubang tanam, selanjutnya tutup lubang tanam menggunakan media tanam yang sebelumnya dikeluarkan pada saat membuat lubang tanam.
5.Lakukan penyiraman hingga media tanam menjadi basah secara merata.
6. Lakukan penambahan Media tanam terutama pupuk kandang / kotoran sapi atau ternak y sudah bercampur tanah ( bahasa jawa botok )
4. Penyiraman
Intensitas penyiraman sangat tergantung pada volume media tanam, populasi tanaman, dan fase pertumbuhan tanaman. Semakin kecil volume media tanam atau semakin besar ukuran tanaman serta populasinya, maka intensitas penyiraman harus lebih sering. Namun demikian, penyiraman umumnya dilakukan 1 sampai 2 kali sehari. Perlakukan penyiraman harus benar-benar diperhatikan pada saat fase pembuangan dan pembesaran buah. keterlambatan penyiraman akan menyebabkan bunga atau bakal buah menjadi rontok.
Penyiraman harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan alat siram berupa gembor atau selang plastik yang telah diberinozel penyiraman pada ujungnya.
Beberapa jenis tanaman dapat ditanam dalam sistem vertikultur, pot dan bedengan, diantaranya bayam, kangkung, sawi, selada, kenikir, kemangi, kucai, seledri, cabai, tomat, terong, pare, kacang panjang, timun, oyong, dll. Namun demikianuntuk budidaya vertikultural menggunakan wadah talang, bambu atau paralon yang dipasang secara horizontal, kurang cocok untuk sayuran jenis buah seperti cabai, terong, tomat, buncis tegak, pare, dll. Hal tersebut disebabkan dangkalnya wadah pertanaman sehingga tidak cukup kuat menahan tumbuh tegak tanaman. Sayuran buah cocok untuk ditanaman dalam pot, polybag atau paralon dan bambu yang ditegakkan sehingga dapat menampung media tanam dalam jumlah cukup banyak.
1. Penyiapan Wadah tanaman
@.Vertikultur dari Paralon
Potong paralon sepanjang kurang lebih 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah.
1. Lakukan penutupan pada dasar paralon menggunakan tutup paralon sesuai ukuran paralon yang digunakan.
2. Buat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan bor, pahat atau pisau. Lubang dibuat secara selang seling pada keempat sisi bambu/paralon. Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam,pada dua sisi lainnya masing-masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm dan berjarang 30 cm.
3. Selanjutnya paralon di letakan berdiri atau ditanam dengan memasukkan 20 cm bagian bawah kedalam tanah
Gambar . Contoh Budidaya Vertikultur Paralon
β.Vertikultur dari Talang Sistem Rak
Langkah-langkah pembuatan unit vertikultur sistem rak adalah sebagai berikut :
1. Buat serangkaian rak dengan tinggi kira-kira 1 m, lebar 1 m, panjang sesuai kebutuhan,
2. Atur empat rangkaian rak secara berundak, dengan jarak antara undakan adalah kira-kira 30 cm, dan lebar masig-masing rak adalah 25-30 cm,
3. Potong talang air dengan ukuran sesuai rangka rak yang dibuat, lalu masing-masing ujung talang ditutup menggunakan penutup talang lalu dilekatkan menggunakan lem secara permanen,
3. Lubangi dasar talang dengan bor atau pisau, diameter lubang kurang lebih 1 cm dan jarak antar lubang berkisar 15-20 cm,
4. Isi talang menggunakan media tanam yang telah disiapkan, dan lakukan penyusunan pada rak.
Gambar . Vertikultur Rak dari Talang Plastik
δ.Wadah polybag
Jenis pot yang digunakan dapat berupa pot plastic, ember, kaleng, pot gerabah, polybag, dll. Pada prinsipnya wadah atau pot tersebut dapat menampung media tanam dalam jumlah yang cukup. Untuk tanaman sayuran daun, volume media tanam yang digunakan minimal seberat 1 kg, sedangkan untuk sayuran buah berkisar 3-20 kg. Apabila belum ada lubang, maka lakukan pelubangan pada dasar pot dalam jumlah yang cukup banyak guna mengatur kelebihan air penyiraman.
Gambar . Contoh Penanaman dalam Polybag
2. Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan merupakan campuran tanah, pupuk kandang atau komps dan sekam bakar yang telah dihilangkan bongkahannya atau disaring menggunakan saringan kawat berdiameter 0,5-1 cm. Perbandingan media tanam yang umum digunakan adalah 1 bagian tanah, 1 bagian pupuk kandang atau pupuk kompos, dan 1 bagian sekam bakar. Namun demikian, formula tersebut bukan merupakan formula baku, yang penting bahan organik dan sekam yang ditambahkan cukup banyak sehingga cukup subur dan rongga.
Pembibitan
Wadah pembibitan dapat berupa tray khusus pembibitan atau dapat juga wadah lain seperti baki plastik, pot plastik, kotak dari kayu, kantong plastik, polybag, dll.
Media pembibitan yang digunakan sama seperti di atas namun perlu lebih halus dengan menghindari bongkahan atau kerikil dengan cara disaring menggunakan saringan kawat berdiameter lubang 2-5 mm.
Pembibitan umumnya dilakukan untuk benih-benih yang berukuran kecil dan berharga relative mahal seperti sawi, selada, cabai, tomat, dll (kecuali bayam karena bayam umumnya ditanam langsung). Sementara itu, benih berukuran besar umumnya ditanam langsung dalam wadah pertanaman..
Langkah-langkah penanaman bibit atau benih :
1. Buat lubang kecil pada media tanam di dalam tray dengan kedalaman 0,5-1 cm dengan menggunakan lidi atau kayu kecil. Untuk benih yang dibibitkan dalam wadah pembibitan yang lebar dilakukan dengan cara menebar secara merata benih pada permukaan media tanam atau membuat lubang tanam dengan jarak kurang lebih 1 cm.
2. Masukkan benih ke dalam lubang tanam dan ditutup tipis menggunakan kompos atau pupuk kandang halus. Lalu benih ditutup menggunakan pupuk kandang atau kompos halus dengan ketebalan 0,5-1 cm.
3. Tebarkan furadan (apabila diperlukan) di permukaan media pembibitan sesuai aturan yang ada di kemasannya. Hal ini tersebut dilakukan untuk menghindari serangan hama berupa semut atau ulat tanah.
4. Lakukan penyiraman dengan hati-hati hingga media pembibitan basah secara merata. Penyiraman dilakukan 2-3 hari sekali pada saat benih baru ditanam atau bibit kecil, pada saat bibit tumbuh agak besar, lakukan penyiraman sekali sehari.
5. Letakkan wadah pembibitan pada tempat yang terlindung dari deraan hujan secara langsung namun terena sinar matahari cukup, misalnya di bawah sungkup atau rumah plastik.
6. Setelah bibit memiliki daun sempurna 2 lembar, lakukan pemindahan bibit pada wadah pembibitan tunggal, misalnya polybag berdiameter 10 cm atau pot kecil bekas kemasan aqua gelas. Lakukan pemeliharaan seperti biasa higga siap pindah tanam.
Penanaman
Penanaman di dalam rak vertikultur atau pot dilakukan setelah bibit memiliki daun sempurna 3-5 helai. Langkah-langkah penanaman adalah :
1.Pilih bibit yang sehat, tidak cacat, dan seragam
2.Buat lubang tanam seukuran wadah bibit. Pada system vertikultur rak berjenjang, jarak tanam berkisar 10-15 cm. Pada system per pot, jumlah tanaman yang ditanam sebanyak 1 tanaman per pot pada pot berukuran 3-10 kg, sedangkan untuk pot berukuran lebih besar jumlah tanaman berkisar 2-3 tanaman, khususnya untuk sayuran buah merambat seperti pare, timun, oyong, dan tanaman sejenis lainnya.
3.keluarkan bibit secara hati-hati dengan cara menggunting wadah atau membalikkan wadah sedemikian rupa sehingga media dan perakaran bibit tidak terganggu.
4.masukkan bibit ke dalam lubang tanam, selanjutnya tutup lubang tanam menggunakan media tanam yang sebelumnya dikeluarkan pada saat membuat lubang tanam.
5.Lakukan penyiraman hingga media tanam menjadi basah secara merata.
6. Lakukan penambahan Media tanam terutama pupuk kandang / kotoran sapi atau ternak y sudah bercampur tanah ( bahasa jawa botok )
4. Penyiraman
Intensitas penyiraman sangat tergantung pada volume media tanam, populasi tanaman, dan fase pertumbuhan tanaman. Semakin kecil volume media tanam atau semakin besar ukuran tanaman serta populasinya, maka intensitas penyiraman harus lebih sering. Namun demikian, penyiraman umumnya dilakukan 1 sampai 2 kali sehari. Perlakukan penyiraman harus benar-benar diperhatikan pada saat fase pembuangan dan pembesaran buah. keterlambatan penyiraman akan menyebabkan bunga atau bakal buah menjadi rontok.
Penyiraman harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan alat siram berupa gembor atau selang plastik yang telah diberinozel penyiraman pada ujungnya.
Rabu, 05 Februari 2014
Budidaya Tebu Uji coba Penanaman tebu bibit mentah dengan cara di tugal
Budidaya Tebu
Uji coba Penanaman tebu bibit mentah dengan
cara di tugal
Prakarta
1. Syarat Tumbuh Tebu
(Saccarum officinarum)Tebu termasuk jenis tanaman rumput yang kokoh dan kuat.
Adapun syarat-syarat tumbuh tanaman tebu adalah:• Tumbuh di daerah dataran
rendah yang kering. Iklim panas yang lembab dengan suhu antara 25ºC-28ºC• Curah
hujan kurang dari 100 mm/tahun• Tanah tidak terlalu masam, pH diatas 6,4.
Ketinggian kurang dari 500 m dpl.
Agar tanaman tebu
mengandung kadar gula yang tinggi, harus diperhatikan musim tanamnya. Pada
waktu masih muda tanaman tebu memerlukan banyak air dan ketika mulai tua
memerlukan musim kemarau yang panjang. Daerah penghasil tebu terutama di Jawa,
Sumatera Selatan, Sumateran Barat,Lampung,dan,NusaTenggara.
2. Persiapan Bibit
Kita akan berbagi penananam jenis bibit batang muda/rencekan
yang diambil 2-3 sepanjang 10/20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang bibit mudah diangkut karena
tidak mudah rusak,. Biaya bibit lebih murah .
Bibit batang muda
Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal dari tanaman
berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek.
Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman
dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang. Setiap hektar tanaman kebun
bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.
.
§ Penentuan Komposisi Bibit secara Umum
dikaitkan dengan Tingkat Kemasakannya, Masa Tanam, Iklim, Kondisi Lahan serta
Lamanya Musim Giling. Bibit-bibit yang ditanam diharapkan mempunyai kriteria :
- Mempunyai Potensi
Kwintal Tebu dan Rendemen tinggi.
- Mempunyai Tingkat
Kemurnian tinggi ( > 90 % ).
- Bebas dari Hama dan
Penyakit.
- Mempunyai Daya
Kecambah tinggi.
- Tahan terhadap
kekeringan dan tidak mudah roboh.
Pada kondisi fisik
lingkungan yang ada, yaitu pada areal lahan kering atau tegalan, maka agar
dapat dicapai produksi yang tinggi diperlukan bibit tebu dengan varietas tebu
yang sesuai dengan kondisi lahan kering. Varietas untuk lahan kering harus
memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain:
• Mempunyai daya tahan
kekeringan
• Mudah berkecambah,
cepat beranak dan bertunas banyak.
• Mempunyai daya tahan
kepras yang baik.
• Rendemen tinggi
• Mudahdi klentek
• Tahan roboh
Adapun
varietas-varietas unggul untuk tebu lahan kering atau tegalan berdasarkan hasil
penelitian yang dikeluarkan oleh P3GI (1990) diantaranya, adalah (PS 77-1381,
PS 77-1553, PS 78-561, PS 79-1497, PS 80-1070). Untuk mengetahui varietas yang
paling cocok untuk dikembangkan di suatu daerah, dapat dilakukan dengan
mengadakan percobaan adaptasi tanaman terlebih dahulu.
Sedangkan untuk
pengadaan bibit tebu dilakukan melalui tahapan penjenjangan kebun pembibitan,
mulai dari Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk
(KBI) hingga Kebun Bibit Datar (KBD) sebagai sumber bibit bagi pertanaman atau
Kebun Tebu Giling (KTG).
3. Persiapan Lahan
Persiapan lahan
merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu
sehingga kondisi fisik dan kimia tanah sesuai dengan media perkembangan
perakaran tanaman tebu. Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kronologis.
Pada prinsipnya,
persiapan lahan untuk tanaman baru (PC) dan tanaman bongkaran baru (RPC) adalah
sama tetapi untuk PC kegiatan persiapan lahan tidak dapat dilaksanakan secara
intensif. Hal tersebut disebabkan oleh tata letak petak kebun, topografi maupun
struktur tanah pada areal yang baru dibuka masih belum sempurna, sehingga
kegiatan mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada areal tersebut masih
terdapat sisa-sisa batang/perakaran yang dapat mengganggu operasional mesin di
lapang. Petak dibuat dengan ukuran 200 m x 500 m (10 ha) yang dibatasi oleh
jalan produksi dan jalan kebun.
Lahan yang bisa
dikembangkan menjadi perkebunan tebu lahan kering berupa hutan primer dan
sekunder, padang rumput atau padang alang-alang, semak belukar, lahan tegalan,
sawah tadah hujan dan bekas perkebunan. Teknik pembukaan lahan maupun perlatan
yang digunakan disesuaikan untuk masing-masing jenis lahan. Pada prinsipnya
lapisan tanah bagian atas yang merupakan bagian tersubur harus dijaga agar
jangan hilang tergusur atau terkikis oleh air hujan.
Karena kelangkaan
tenaga kerja, sementara waktu tanam optimal pertanaman tebu di lahan kering
adalah sempit, maka tenaga penarik untuk pengolahan tanah yang murah dan
efektif adalah dengan menggunakan traktor. Tahap pertama pengolahan tanah
menggunakan bajak untuk memotong dan membalik tanah, dan kemudian dilanjutkan
dengan garu untuk menggemburkan tanah. Setelah tanah selesai diolah kemudian
dibuat kairan (alur tanaman). Untuk mendapatkan hasil olahan tanah yang baik
yaitu cukup dalam dan gembur, tanah harus dalam keadaan cukup air (tidak basah
dan tidak terlalu kering). Berdasarkan hal ini maka saat yang tepat untuk
mengolah tanah adalah segera setelah musim hujan selesai atau awal musim
kemarau.
Adapun tahapan
kegiatan pengolahan tanah secara umum adalah sebagai berikut ;
a. Pembajakan
Pembajakan atau
pengolahan tanah dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap kegiatan, yaitu ;
Pembajakan I
Bertujuan untuk
membalik tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi awal yang masih
tertinggal. Peralatan yang digunakan adalah Rome Harrow 20 disc dengan diameter
31 inci yang ditarik dengan Bulldozer 155 HP. Awal kegiatan pembajakan dimulai
dari sisi petak paling kiri, kedalaman olah mencapai 25 – 30 cm dan kapasitas
kerja mencapai 0,8 jam/ha sehingga untuk satu petak kebun (±10ha) dibutuhkan
waktu 8 jam kerja (mesin operasi). Pembajakan dilakukan merata di seluruh areal
dengan kedalaman diusahakan lebih dari 30 cm dan arah bajakan menyilang
terhadap barisan tanaman tebu.
Pembajakan II
Dilaksanakan sekitar
tiga minggu setelah pembajakan I dengan arah memotong tegak lurus hasil
pembajakan I dan kedalaman olah minimal 25 cm. Peralatan yang digunakan adalah
Disc Plow 3 – 4 disc diameter 28 inchi dan traktor 80 – 90 HP.
b. Penggaruan
Penggaruan bertujuan
untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah dan meratakan permukaan tanah.
Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan menggunakan alat
Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 140 HP.
Pada areal RPC, tujuan
penggaruan adalah untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah hasil
pembajakan, mencacah dan mematikan tunggul maupun tunas tanaman tebu.
Penggaruan dilakukan pada seluruh areal bajakan dan menyilang dengan arah
bajakan. Traktor yang digunakan adalah traktor 120 HP dan alat Baldan Harrow
dengan kapasitas kerja 1,15 Ha/jam.
c. Pengumpulan Akar
Pengumpulan akar
merupakan kegiatan pengumpulan sisa – sisa kayu yang terangkat akibat
pembajakan I, II dan pembuatan alur tanam, dilaksanakan secara manual oleh
tenaga kerja borongan. Akar maupun sisa – sisa kayu dikumpulkan dan ditumpuk
dengan jarak 10 – 15 meter kemudian dibersihkan dari areal tersebut.
d. Pembuatan Alur
Tanam
Pembuatan alur tanam
merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu. Alur tanam
dibuat menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari
pusat ke pusat adalah 1,30 meter.
Pembuatan alur tanam
dilaksanakan setelah pemancangan ajir. Traktor berjalan mengikuti arah ajir
sehingga alur tanam dapat lurus atau melengkung mengikuti arah kontur. Arah
kairan harus sedikit menyilang dengan kemiringan tanah, memudahkan drainase petak
dan memudahkan pada pelaksanaan transportasi tebu. Pada daerah miring, arah
kairan ditentukan sesuai dengan arah kemiringan petak (kemiringan 2%),
sedangkan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5% dibuat teras bangku
(Contour Bank). Kapasitas kerja adalah sekitar 1 ha/jam.
4. Penanaman
Pada saat penanaman
tebu, kondisi tanah yang dikehendaki lembab tapi tidak terlalu basah dan cuaca
cerah. Untuk saat ini tanam tebu lahan kering yang paling tepat adalah masa
pancaroba yakni akhir musim kemarau sampai awal musim hujan atau sebaliknya.
Menurut Tonny Kuntohartono dkk. (1976). Untuk daerah kering (tipe iklim C dan D
Schimdt-Fergusson) saat tanam adalah antara pertengahan Oktober-Desember,
sedang pada daerah basah (tipe iklim B) adalah awal musim kemarau.
Disini kita hanya
mengupas hasil penanaman bibit mentah/ rencekan dg cara ditugal yang dilakukan
dilahan kering pada musim kemarau dan awal musim hujan ( pancaroba )
Langkah – langkah yang
dilakukan :
-. Bibit dari tananman yang berumur 5-6
bulan
-. Bibit dipotong 2 – 3 mata tunas
-. Tugal pada alur tanam , jarak pertugal
50/60 cm dg kadalaman 7-10cm.
-. Letakan tebu yg sudah di potong pada
lubang yg ada di alur tanaman, uruk lubang dg tanah tekan dg ibu jari kaki /
tangan ( lebih bagus tanahnya agak basah
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan
perkecambahan tanaman tebu dengan cara ditugal :
- pada tanah kering yg tanpa irigasi
cukup menggunakan semprotan / hanspray ( spet ) untuk insektisida bedanya hanya
di isi air.
- Lakukan penyemprotan
2 hari sekali ( lebih bagus pada sore hari ), pada lubang tugal sampai basah.
- Lakuakan sampai
tumbuh perkecambahan atau sampai muncul tunas – tunas
- apabila hujan belum
turun, laukan penyemprotan satu minggu sekali
§ Penyulaman
Penyulaman merupakan
kegiatan penanaman untuk menggantikan bibit tebu yang tidak tumbuh, baik pada
tanaman baru ataupun tanaman keprasan agar diperoleh populasi tebu yang
optimal. Pelaksanaan penyulaman untuk bibit bagal dilakukan 2 minggu dan 4
minggu setelah tanam, sedangkan untuk bibit rayungan dilakukan 2 minggu setelah
tanam.
Penyulaman
dilaksanakan pada baris bagal 2 – 3 mata sebanyak dua potong dan diletakkan
pada baris tanaman yang telah dilubangi sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut
gagal, penyulaman ulang harus segera dilaksanakan.
apat menggunakan
varietas tahan, alat pemotong dengan deinfektan Lisol 10% atau dengan perlakuan
air panas pada bibit dengan suhu air 500 C selama 2 – 3 jam. Serangan penyakit
yang selama ini menyerang ternyata masih dibawah 5%, sehingga tindakan yang
banyak dilakukan adalah dengan sanitasi kebun dan menggunakan varietas tahan.
§ Pemupukan
Sebagaimana pada lahan
sawah, pemupukan bagi tanaman tebu di lahan kering tidak diberikan sekaligus
tetapi bertahap disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan untuk mencegah
kehilangan pupuk. Dosis umum disesuaikan dengan kondisi tanah setempat. Pedoman
umum dari P3GI (1988): untuk tanaman pertama, pupuk pertama yang terdiri dari
ZA dan TSP (untuk daerah dengan musim kemarau panjang) atau ZA+TSP+KCl (untuk
daerah dengan musim kemarau pendek), diberikan sesaat sebelum tanam, ditaburkan
pada dasar juringan. Sedangkan pupuk yang kedua terdiri dari ZA dan KCl
diberikan pada umur 1,5-2 bulan dengan cara ditaburkan dalam larikan kemudian
ditutup dengan pemberian tanah pertama. Pada tanaman keprasan, pupuk pertama
dan kedua diberikan dalam paliran yang letaknya saling berlawanan, sedalam 5-10
cm dan berjarak ± 10 cm dari barisan tanaman yang kemudian ditutup dengan
tanah.
Dosis pupuk yang
dianjurkan untuk tebu lahan kering tanaman pertama (TRIT I) adalah 8 ku ZA, 2
ku SP36 dan 3 ku KCl tiap hektar dengan aplikasi 2 kali. Pemupukan pertama
dilakukan pada saat tanam sebagai pupuk dasar dengan 1/3 dosis ZA dan seluruh
SP 36 dan KCl. Pemupukan 2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 1,5
bulan yaitu pada awal musim hujan dengan 2/3 dosis ZA.
Keuntungan penanaman
tebu mentah dengan di tugal ;
# tidak memerlukan banyak pekerja
#mampu menekan ongkos penanaman
#daya perkecambahan lebih cepat dan
berhasil
Pemeliharaan Tanaman Jati Kultur Jaringan
Pemeliharaan
Tanaman Jati Kultur Jaringan
Tahapan pemeliharaan tanaman selama
masa pertumbuhan yang secara garis besar meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
A. Pendangiran (membersihkan piringan seluas canopy tanaman) dan pembumbunan.
Tiga bulan setelah tanam, piringan seluas canopy didangir, dibersihkan dari gulma/tumbuhan pengganggu lainnya, serta dibumbun. Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah di sekitar tanaman untuk memperbaiki sifat fisik tanah (drainase tanah), yang dapat memacu pertumbuhan tanaman jati. Pendangiran dilakukan pada umur tanaman jati 3 bulan hingga 4 tahun dan dilakukan 1 - 2 kali dalam setahun.
B. Penyulaman tanaman yang mati atau kerdil
Selama proses pemeliharaan berlangsung, penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tidak sehat karena terserang penyakit atau tanaman yang jelek pertumbuhannya (patah, bengkok, dan gundul). Penyulaman dilakukan selama masa awal pemeliharaan yaitu 1 - 2 tahun, frekwensi penyulaman 2 kali setahun.
C. Penyiangan atau pengendalian gulma
Rumput, alang-alang dan gulma harus dikendalikan karena menjadi pesaing tanaman jati dalam memperoleh cahaya matahari, kelembaban dan unsur hara tanah.
Penyiangan gulma dilakukan, baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Frekwensi penyiangan minimum 3 - 4 bulan sekali dalam setahun saat tanaman jati berumur 1 - 2 tahun. Selanjutnya penyiangan dilakukan setiap 6 - 12 bulan sekali sampai tanaman dipanen.
D. Pemupukan tanaman
Tiga bulan setelah ditanam, tanaman jati diberi pupuk NPK (15:15:15) 100gr. Carapemupukan: tanah seluas canopy didangir dan digemburkan terlebih dahulu (hati-hati jangan terlalu dalam agar tidak mengenai akar), lalu dibuatkan siring melingkar (lebar siring 10 cm dan dalamnya 15 cm) dengan diameter siring tepat diujung canopy atau tepat diujung akar-akar rambut yang akan menyerap pupuk tersebut. Kemudian masukkan pupuk dan selanjutnya siring ditutup kembali dengan tanah dan dilakukan penyiraman.
Pemupukan selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama seperti tersebut di atas, pada usia tanaman dan dengan dosis per pohon sebagai berikut:
A. Pendangiran (membersihkan piringan seluas canopy tanaman) dan pembumbunan.
Tiga bulan setelah tanam, piringan seluas canopy didangir, dibersihkan dari gulma/tumbuhan pengganggu lainnya, serta dibumbun. Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah di sekitar tanaman untuk memperbaiki sifat fisik tanah (drainase tanah), yang dapat memacu pertumbuhan tanaman jati. Pendangiran dilakukan pada umur tanaman jati 3 bulan hingga 4 tahun dan dilakukan 1 - 2 kali dalam setahun.
B. Penyulaman tanaman yang mati atau kerdil
Selama proses pemeliharaan berlangsung, penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tidak sehat karena terserang penyakit atau tanaman yang jelek pertumbuhannya (patah, bengkok, dan gundul). Penyulaman dilakukan selama masa awal pemeliharaan yaitu 1 - 2 tahun, frekwensi penyulaman 2 kali setahun.
C. Penyiangan atau pengendalian gulma
Rumput, alang-alang dan gulma harus dikendalikan karena menjadi pesaing tanaman jati dalam memperoleh cahaya matahari, kelembaban dan unsur hara tanah.
Penyiangan gulma dilakukan, baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Frekwensi penyiangan minimum 3 - 4 bulan sekali dalam setahun saat tanaman jati berumur 1 - 2 tahun. Selanjutnya penyiangan dilakukan setiap 6 - 12 bulan sekali sampai tanaman dipanen.
D. Pemupukan tanaman
Tiga bulan setelah ditanam, tanaman jati diberi pupuk NPK (15:15:15) 100gr. Carapemupukan: tanah seluas canopy didangir dan digemburkan terlebih dahulu (hati-hati jangan terlalu dalam agar tidak mengenai akar), lalu dibuatkan siring melingkar (lebar siring 10 cm dan dalamnya 15 cm) dengan diameter siring tepat diujung canopy atau tepat diujung akar-akar rambut yang akan menyerap pupuk tersebut. Kemudian masukkan pupuk dan selanjutnya siring ditutup kembali dengan tanah dan dilakukan penyiraman.
Pemupukan selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama seperti tersebut di atas, pada usia tanaman dan dengan dosis per pohon sebagai berikut:
·
Usia tanaman 6 bulan dengan dosis
100gr NPK
·
Usia tanaman 9 bulan dengan dosis
100gr NPK
·
Usia tanaman 12 bulan dengan dosis
100gr NPK
·
Usia tanaman 24 bulan dengan dosis
100gr NPK dan 50gr Urea
·
Usia tanaman 48 bulan dengan dosis
100gr NPK dan 100gr Urea
E. Pemangkasan cabang dan Perwiwilan
Pemangkasan cabang adalah kegiatan pembuangan cabang yang tidak diinginkan untuk memperoleh batang bebas cabang sampai ketinggian 6 meter dari tanah. Memangkas atau memotong cabang harus tepat dipangkal batang atau ruas pertama dari tunas air. Untuk menghindari kontak dengan bibit penyakit, luka bekas pemangkasan sebaiknya ditutupi dengan bahan penutup luka seperti ter atau parafin.
F. Pemangkasan tonggak penyangga
Jika ada tanaman yang tumbuhnya tidak tegak/agak condong atau pertumbuhannya tidak tegar (agak kurus maka perlu diberi penyangga).
G.Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan alat Hand Sprayerpada dosis/takaran, serta cara yang tepat (dosis/takaran dan caranya dapat dibaca pada kemasan produk obat pestisida yang digunakan). Hama dan penyakit, tanda serangan, akibat yang ditimbulkan serta pestisida pemberantasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No.
|
Hama
dan penyakit
|
Tanda-tanda
serangan
|
Akibat
yang timbul
|
Pemberantasan
|
1
|
Serangan ulat bulu
|
Daun Jati berlubang
|
Pertumbuhan terhambat
|
Basudin 50 EC
|
2
|
Serangan kutu putih/wool
|
Tampak putih pada daun
|
Pertumbuhan terhambat
|
Pegasus
|
3
|
Serangan jamur kuping
|
Bercak kuning pada daun
|
Daun mengering/coklat
|
Benlate T20WP
|
4
|
Serangan embun tepung
|
Bercak kuning dalam daun
|
Pertumbuhan terhambat
|
Benlate T20WP
|
5
|
Lalat daun
|
Helai dan warna daun rusak
|
Tinggal tulang daun
|
Supracide 25WP
|
6
|
Stem Borer
|
Bercak/titik lubang di batang dan
cabang
|
Batang/cabang terlihat layu dan
kropos
|
Metamidophose 50% SL
|
Catatan penting:
Pemeliharaan tanaman jati akan lebih mudah dan menuntungkan apabila dilakukan penanaman jati ditumpangsarikan dengan tanaman palawija seperti kacang-kacangan, jagung, ubi jalar, cabai, dll. Pada jarak tanam 2 x 2,5 m, tanaman tumpangsari bisa ditanam pada lajur yang mempunyai lebar 2,5 m. Adanya tanaman tumpangsari akan mempermudah pemeliharaan tanaman jati dalam hal: pendangiran, penyiangan/pengendalian gulma, dan pemupukan. Tumpang sari dengan tanaman palawija dapat dilakukan hingga tanaman jati berumur 2 tahun.
Pemeliharaan tanaman jati akan lebih mudah dan menuntungkan apabila dilakukan penanaman jati ditumpangsarikan dengan tanaman palawija seperti kacang-kacangan, jagung, ubi jalar, cabai, dll. Pada jarak tanam 2 x 2,5 m, tanaman tumpangsari bisa ditanam pada lajur yang mempunyai lebar 2,5 m. Adanya tanaman tumpangsari akan mempermudah pemeliharaan tanaman jati dalam hal: pendangiran, penyiangan/pengendalian gulma, dan pemupukan. Tumpang sari dengan tanaman palawija dapat dilakukan hingga tanaman jati berumur 2 tahun.
Langganan:
Postingan (Atom)